Takut Donor Darah? Baca ini :) - Perjalanan Bunga Abadi
Headlines News :

Mengenai Saya

Foto saya
Smart, Fun, Moslem, and Fat
Diberdayakan oleh Blogger.
Home » , » Takut Donor Darah? Baca ini :)

Takut Donor Darah? Baca ini :)

Written By almira on Minggu, 21 April 2013 | 11.37



Saya punya pengalaman yang tidak sengaja bisa membuka mata hati bahwa “Sehat itu Mahal”, bahwa “Bersyukur itu Penting”, bahwa “Banyak dari mereka yang membutuhkan bantuan kita, apapun itu. Bukan hanya materi, misalnya Darah.”

Siang itu, saya pergi ke PMI Salemba dengan tujuan ingin konfirmasi acara Donor Darah di kampus saya. Setelah selesai, saya iseng ke ruang cek darah karena memang selama ini saya tidak tahu apa golongan darah saya. Saya pergi bersama kerabat saya yaitu Debby. Beberapa prosedure dan pengambilan darah sudah saya lewati dan tinggal menunggu sekitar 30 menit untuk hasil laboratorium.

Saat menunggu, ada ibu dan putrinya datang kemudian memencet bel sebagai tanda memanggil petugas PMI. Dan ibu itu mengatakan ada rujukan dari RS Cipto untuk mengambil darah penderita Talasemia. Saya dan Debby sempat senyum kepada ibu itu.

Kemudian si ibu bertanya, “Ada keperluan apa, dek? Mau ambil darah juga?”

Kata saya, “Enggak kok bu, lagi nunggu hasil tes darah aja. Ibu ambil darah untuk apa bu?” (to the point :p)
Si ibu, “Oh, ini buat anak saya. Kena Talasemia, jadi butuh darah setiap bulan.”

Dari perkataannya bahwa si anak butuh darah setiap bulan saya dan Debby saling berpandangan penasaran. Kemudian si ibu bercerita panjang, putrinya sudah menderita talasemia sejak 5 tahun, dan sekarang berusia 10 tahun. Sudah 5 tahun lamanya putrinya membutuhnya darah setiap bulan. Bahwa putrinya tidak bisa menghasilkan darah merah sendiri jadi darahnya harus dari pendonor, kalau tidak diberi darah dia akan lemas dan pucat. Tidak bisa beraktifitas secara normal. Tapi kalau sudah mendapatkan darah, dia bisa seperti anak biasa yang normal. (Seperti drakula kataku dalam hati)

Yang saya perhatikan dari putrinya itu, perutnya buncit dan kulitnya hitam sampai bibirnyapun hitam, seperti perokok. Kemudian saya bertanya kenapa seperti itu? Dan si ibu menjelaskan itu akibat dari darahnya. Karena tidak bisa metabolisme si darah itu, akhirnya ada penumpukan Fe (besi) dalam tubuh. Sehingga kulitnya hitam dan hatinya membengkak. (Bayangkan....) L

Gak brapa lama ada seorang bapak datang dengan resah kemudian memencet bel. Dia berkata hal yang sama. Sama-sama membutuhkan darah untuk Talasemia. Kemudian si ibu mengobrol dengan bapak yang baru datang itu.

Kata si bapak A ini, darah itu untuk anak perempuannya. Anak satu-satunya yang kena talasemia. Semenjak ia tahu anaknya terkena talasemia, ia tidak ingin memiliki anak lagi. Dan kami (saya dan Debby) hanya bisa menonton dan menyimak perbincangan mereka.

Kemudian datanglah lagi seorang bapak (sebut saja bapak B) lagi. Dengan hal yang sama dan kasus serupa. Dia bercerita bahwa anaknya ada 3. Dan tiga-tiganya terkena talasemia. Sekarang yang tersisa hanya satu dan yang 2 sudah meninggal. Dia berkata sudah bolak-balik PMI selama 20 tahun. Jangka waktu hidup anaknya hanya 8-10 tahun. (Jadi, ia selama ini mencari darah yang padahal sudah tidak ada harapan hidup)
Tiba-tiba si ibu berkata, “Ini hidup benar-benar keras yah, Pak. Ini anak saya yang kena talasemia. Saya sebagai manusia Cuma bisa berusaha. Sama seperti Bapak B ini yang masih berusaha padahal sudah 2 nyawa tumbang karena talasemia. Tapi masih tidak jenuh untuk cari darah. Saya terkadang bosan loh pak, padahal hanya satu.” (sambil meneteskan air mata) L

Keadaan pilu kemudian dicaikan oleh Bapak A yang menegur kami (saya dan Debby). Dia bertanya dari mana asal dan sedang apa. Kami jawab apa adanya. Kemudian mereka memberikan beberapa nasehat untuk kami:

“Ini karena kelalaian dan kebodohan kami. Nanti sebelum kalian menikah, coba tes darah kalian berdua dengan pasangannya, apakah cocok Rhnya atau tidak. Ada kelainan seperti talasemia atau tidak. Jika ada dan memang tidak cocok, coba sudahi dan cari yang lain.”

“Cinta bisa terbentuk dan dibangun dengan sendirinya kok.”

“Kesehatan itu mahal, lebih mahal dari cinta. Percaya deh! Atau mungkin baru mau sadar kalo udah ngrasain? Hehehe”

“Karena masih kuliah, belum bekerja dan punya penghasilan besar untuk amal yang besar, coba donor darah. Amalan mulia yang bernilai dan mahal loh, dek.”

“Donor kan sama seperti menolng nyawa seseorang.”

“Darah kamu, untuk penderita Talasemia bisa memberikan senyuman untuk mereka.”

“Bersyukurlah dan banyak bersyukurlah karena kalian sehat.”

Subhanallah... Pukulan sangat untuk saya karena saya belum pernah donor darah sama sekali selama hidup. Disana banyak yang membutuhkan darah secara berkala.

Saya pulang dengan perasaan malu dan sadar. Pengalaman dan hadiah luarbiasa yang saya dapat hari itu. Semenjak itu saya berjanji akan donor setiap 3 bulan sekali jika keadaan kesehatan memang memungkinkan J

Semoga tulisan ini bermanfaat dan membuat hati kalian terbuka bahwa betapa mulianya donor darah. Buat yang masih merasa takut, dengan jarum suntik coba deh ketakutannya dituker untuk Yang Maha Menciptakan apabila kita sendiri yang terkena talasemia, yang setiap berkala harus ditusuk untuk tranfusi darah... (iiiiihhh horor kan) Whahahahahah 

Mari donor darah 

Share this article :

2 komentar:

  1. subhanallah, semoga pembaca terketuk hatinya dan diberanikan untuk mendonorkan darahnya..

    BalasHapus
  2. Amiin :)
    Semoga yang komen juga punya keberanian lagi yaaaa :D :D

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Perjalanan Bunga Abadi - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya