Saya punya pengalaman yang tidak
sengaja bisa membuka mata hati bahwa “Sehat itu Mahal”, bahwa “Bersyukur itu
Penting”, bahwa “Banyak dari mereka yang membutuhkan bantuan kita, apapun itu.
Bukan hanya materi, misalnya Darah.”
Siang itu, saya pergi ke PMI Salemba
dengan tujuan ingin konfirmasi acara Donor Darah di kampus saya. Setelah
selesai, saya iseng ke ruang cek darah karena memang selama ini saya tidak tahu
apa golongan darah saya. Saya pergi bersama kerabat saya yaitu Debby. Beberapa
prosedure dan pengambilan darah sudah saya lewati dan tinggal menunggu sekitar
30 menit untuk hasil laboratorium.
Saat menunggu, ada ibu dan
putrinya datang kemudian memencet bel sebagai tanda memanggil petugas PMI. Dan
ibu itu mengatakan ada rujukan dari RS Cipto untuk mengambil darah penderita
Talasemia. Saya dan Debby sempat senyum kepada ibu itu.
Kemudian si ibu bertanya, “Ada
keperluan apa, dek? Mau ambil darah juga?”
Kata saya, “Enggak kok bu, lagi
nunggu hasil tes darah aja. Ibu ambil darah untuk apa bu?” (to the point :p)
Si ibu, “Oh, ini buat anak saya.
Kena Talasemia, jadi butuh darah setiap bulan.”
Dari perkataannya bahwa si anak
butuh darah setiap bulan saya dan Debby saling berpandangan penasaran. Kemudian
si ibu bercerita panjang, putrinya sudah menderita talasemia sejak 5 tahun, dan
sekarang berusia 10 tahun. Sudah 5 tahun lamanya putrinya membutuhnya darah
setiap bulan. Bahwa putrinya tidak bisa menghasilkan darah merah sendiri jadi
darahnya harus dari pendonor, kalau tidak diberi darah dia akan lemas dan pucat.
Tidak bisa beraktifitas secara normal. Tapi kalau sudah mendapatkan darah, dia
bisa seperti anak biasa yang normal. (Seperti drakula kataku dalam hati)
Yang saya perhatikan dari
putrinya itu, perutnya buncit dan kulitnya hitam sampai bibirnyapun hitam,
seperti perokok. Kemudian saya bertanya kenapa seperti itu? Dan si ibu
menjelaskan itu akibat dari darahnya. Karena tidak bisa metabolisme si darah
itu, akhirnya ada penumpukan Fe (besi) dalam tubuh. Sehingga kulitnya hitam dan
hatinya membengkak. (Bayangkan....) L
Gak brapa lama ada seorang bapak
datang dengan resah kemudian memencet bel. Dia berkata hal yang sama. Sama-sama
membutuhkan darah untuk Talasemia. Kemudian si ibu mengobrol dengan bapak yang
baru datang itu.
Kata si bapak A ini, darah itu
untuk anak perempuannya. Anak satu-satunya yang kena talasemia. Semenjak ia
tahu anaknya terkena talasemia, ia tidak ingin memiliki anak lagi. Dan kami
(saya dan Debby) hanya bisa menonton dan menyimak perbincangan mereka.
Kemudian datanglah lagi seorang
bapak (sebut saja bapak B) lagi. Dengan hal yang sama dan kasus serupa. Dia
bercerita bahwa anaknya ada 3. Dan tiga-tiganya terkena talasemia. Sekarang
yang tersisa hanya satu dan yang 2 sudah meninggal. Dia berkata sudah
bolak-balik PMI selama 20 tahun. Jangka waktu hidup anaknya hanya 8-10 tahun.
(Jadi, ia selama ini mencari darah yang padahal sudah tidak ada harapan hidup)
Tiba-tiba si ibu berkata, “Ini
hidup benar-benar keras yah, Pak. Ini anak saya yang kena talasemia. Saya
sebagai manusia Cuma bisa berusaha. Sama seperti Bapak B ini yang masih
berusaha padahal sudah 2 nyawa tumbang karena talasemia. Tapi masih tidak jenuh
untuk cari darah. Saya terkadang bosan loh pak, padahal hanya satu.” (sambil
meneteskan air mata) L
Keadaan pilu kemudian dicaikan
oleh Bapak A yang menegur kami (saya dan Debby). Dia bertanya dari mana asal
dan sedang apa. Kami jawab apa adanya. Kemudian mereka memberikan beberapa
nasehat untuk kami:
“Ini karena kelalaian dan
kebodohan kami. Nanti sebelum kalian menikah, coba tes darah kalian berdua
dengan pasangannya, apakah cocok Rhnya atau tidak. Ada kelainan seperti
talasemia atau tidak. Jika ada dan memang tidak cocok, coba sudahi dan cari
yang lain.”
“Cinta bisa terbentuk dan
dibangun dengan sendirinya kok.”
“Kesehatan itu mahal, lebih mahal
dari cinta. Percaya deh! Atau mungkin baru mau sadar kalo udah ngrasain?
Hehehe”
“Karena masih kuliah, belum
bekerja dan punya penghasilan besar untuk amal yang besar, coba donor darah.
Amalan mulia yang bernilai dan mahal loh, dek.”
“Donor kan sama seperti menolng
nyawa seseorang.”
“Darah kamu, untuk penderita
Talasemia bisa memberikan senyuman untuk mereka.”
“Bersyukurlah dan banyak
bersyukurlah karena kalian sehat.”
Subhanallah... Pukulan sangat
untuk saya karena saya belum pernah donor darah sama sekali selama hidup.
Disana banyak yang membutuhkan darah secara berkala.
Saya pulang dengan perasaan malu
dan sadar. Pengalaman dan hadiah luarbiasa yang saya dapat hari itu. Semenjak
itu saya berjanji akan donor setiap 3 bulan sekali jika keadaan kesehatan
memang memungkinkan J
Semoga tulisan ini bermanfaat dan
membuat hati kalian terbuka bahwa betapa mulianya donor darah. Buat yang masih
merasa takut, dengan jarum suntik coba deh ketakutannya dituker untuk Yang Maha
Menciptakan apabila kita sendiri yang terkena talasemia, yang setiap berkala
harus ditusuk untuk tranfusi darah... (iiiiihhh horor kan) Whahahahahah
Mari donor darah
subhanallah, semoga pembaca terketuk hatinya dan diberanikan untuk mendonorkan darahnya..
BalasHapusAmiin :)
BalasHapusSemoga yang komen juga punya keberanian lagi yaaaa :D :D